Kemiskinan Semakin Merisaukan

Itu judul surat pembaca salah satu harian ibu kota pada Senin 20 September 2010 yang lalu. Saya merasa sependapat dengan pandangan beliau (Bapak Hendra Gunawan), bahwa pembangunan saat ini tidak membawa dampak signifikan terhadap perbaikan kehidupan rakyat. Kemelaratan disana sini masih kelihatan dengan jelas. Menurut salah satu harian ibu kota, ternyata masih banyak penduduknya yang tergolong (digolongkan) miskin hingga mencapai 13.33 persen (31.2 juta orang). Padahal katanya, pertumbuhan ekonomi membaik, iklim investasi semakink kondusif.

Masih banyak warga miskin disekitar kita. Untuk makan sehari-hari saja, mereka mesti banting tulang dari pagi hingga malam hari. Mereka bertarung untuk mendapat sesuap nasi. kadang sagala cara mereka lakukan untuk menyambung hidup. Semukah pertumbuhan di negara kita? segelintir orang sajakah yang menikmati pertumbuhan ekonomi ini?. Berbicara tentang kemiskinan, tampaknya bangsa Indonesia bukan hanya miskin secara ekonomi, tetapi juga secara akhlak, etika dan moral.

Dapat dengan jelas kita lihat pada kehidupan sehari-hari, bagaimana penurunan akhlak semakin mewabah dan merajalela. Setiap orang berlomba-lomba merebut kekuasaan, berebut jabatan. Segala cara dipakai dan dihalalkan. Setiap orang lalu melupakan etika, melupakan sopan santun, melupakan tata krama. Saling tuding menjadi hal yang biasa.

Saling olok menjadi hal lumrah. Orang semakin cuek. Orang semakin tidak terpelajar meski awalnya mereka adalah orang-orang terpelajar. Moralitas pun akhirnya jeblok. Dapat ditebak, Bangsa Indonesia terpuruk akibat perbuatan warganya sendiri. Padahal, negara kita sudah merdeka sejak 65 tahun lalu.

Kita hanya dapat menghimbau kepada pemerintah, kita memang butuh pertumbuhan ekonomi, kita perlu investasi di negara kita. Tetapi jangan lupa bahwa pemerintah mempunyai tugas untuk mensejahterakan rakyat seperti yang diamanatkan oleh UUD 45. Apa artinya pertumbuhan ekonomi kalau hanya dinikmati oleh sekelompok orang, sementara yang lainnya hanya dapat menonton dan gigit jari. Mereka kaum terpinggirkan ini sangat berharap kepada pemerintah untuk dapat memberikan empati dan bukti bahwa pembangunan di negara ini benar-benar ada dan turut mereka rasakan.


Baca juga :

Blog Orang miskin"

0 komentar:

Posting Komentar